WAHAM adalah trio bedroom-rock asal Bandung yang dimotori oleh Sena Muzak (gitar, vokal), Kristaldi Klaudiawan (bass) dan Muh Siddik (gitar) yang dibentuk pada tahun 2021 lalu.
Menariknya, kerap kali disebut sebagai “Band Rock Keluar Kamar” karena pada awalnya masing-masing personil secara mandiri aktif memproduksi karya musik di kamar, namun mayoritas karya lagu tersebut hanya menjadi sebuah arsip pribadi yang diproduksi dan dinikmati sendiri. Awalnya WAHAM merupakan proyek duo Kristaldi dan Siddik yang merupakan ‘rekan tongkrongan’ di suatu perguruan tinggi di Kota Bandung yang memiliki kegemaran yang sama dalam membuat lagu secara mandiri didalam kamarnya masing-masing dengan bermodalkan komputer dan soundcard seadanya.
Pada tahun 2020 saat kemunculan pandemi menyebabkan intensitas nongkrong dikampus pun mulai merenggang, semua orang dipaksa untuk melakukan isolasi secara mandiri
Pada “tahun penuh kegilaan” tersebut mereka justru urung merawat kewarasan dan merayakannya lewat proyek musik dengan moniker WAHAM sebagai medium katarsis––yang bukan hanya membebaskan dari segala trauma dan ketakutan akut, tapi juga menggembleng alam bawah sadar untuk menumpahkan kreatifitas.
Namun, disaat proses pengerjaan materi mereka berdua mengalami kebuntuan dalam berkarya dan kebingungan untuk memilih siapa yang cocok untuk mengisi part vokal, karena kebanyakan dari materi yang telah dibuat hanya komposisi instrumental saja. Kehadiran Sena yang secara ‘tidak sengaja’ ikut nongkrong dan lalu dipaksa untuk mengisi part vokal merupakan sebuah jalan keluar dari segala kebuntuan yang terjadi serta memberikan warna dan karakter yang sangat tepat untuk WAHAM
Di balik musik-musiknya yang eklektik, para personil WAHAM mengaku alasan awal membentuk proyek band berdasarkan ketidaksengajaan cara kerja semesta mempertemukan masing-masing personil dari lingkaran satu ke lingkaran satunya lagi.
WAHAM berusaha memecah kebuntuan terkait perilaku prokrastinasi, perfeksionis dan demotivasi dari masing-masing personil dalam berkarya bila seorang diri, seperti musisi kamar pada umumnya; yang tidak akan pernah puas dengan hasil yang telah mereka ciptakan sendiri. Maka dengan mengkolektifkan karya dibawah moniker WAHAM setiap personil sadar bagaimanapun hasil akhir dalam proses pembuatan lagu akan terasa percuma jika hanya menjadi tumpukan file didalam harddisk––terlebih jika file tersebut lenyap entah kemana. “Sehingga kami sadar bahwa sebaik-baiknya karya adalah karya yang dapat dinikmati oleh publik