City

Program

Danilla sedang baik-baik saja ketika menulis lagu “Sarwa” pada 2021, tapi atmosfer Yogyakarta, kota yang selalu mampu menumbuhkan rusuk sentimental baginya, membuat ia kesepian.

Saat itu Danilla berada di Yogyakarta selama sebulan untuk keperluan syuting film layar lebar Losmen Bu Broto di mana ia turut membawa sebuah gitar nilon bersamanya. Beberapa tahun sebelumnya, sebagai latar penciptaan, Danilla sempat tersambar berita fitnah yang dicemoohkan oleh lingkaran pertemanan internalnya. Dan di Yogyakarta, di tengah kesendirian yang melanda ia menemukan dirinya belum sepenuhnya bisa sembuh dari luka kebohongan tersebut.

Alhasil petikan jemarinya menuntun bait demi bait lantunan kepedihan, gundah gulana selamanya; mood alami seorang Danilla setiap kali ia terjebak dalam kesendirian. “Pas menulisnya gue membayangkan hal-hal sedih yang pernah menimpa gue. “Sarwa” sebuah pernyataan tentang perasaan legowo. Seperti tampilan visualnya: foto gue tanpa polesan kosmetik, yang bisa diartikan dengan ikhlas, lagu ini datang telanjang tanpa ekspektasi apa-apa,” ungkap Danilla.

Setelah menelurkan Pop Seblay (Laguland, 2022), album penuh ketiga yang menawarkan keriangan Danilla ingin mengembalikan warna kelam yang memang telah menjadi kekuatan suaranya sejak merilis debut Telisik (Demajors, 2014). Pemilihan judul ‘Sarwa’ memaknai kebutuhan akan langkah itu. Danilla mengatakan, “Kalau hati sudah sakit mending kita serahkan saja, entah sisi baik maupun buruk, taruh semuanya di atas meja. Jangan terlalu lama disimpan karena begitu kita mampu melepaskannya, nanti pasti ada hal baru yang lebih menarik hadir menyambut.”

Secara aransemen proses pengerjaannya dilakukan pada pertengahan 2023 ini, merekam dengan gubahan orkestra murni tanpa piano yang meresonansi karakter jazz bariton khas Danilla. Sebuah eksperimen baru yang belum pernah dilakukan terdahulu. Penata musik diserahkan kepada Aldi Nada Permana, sosok di balik album-album gemilang dari Afgan, Ardhito Pramono, dan Gamaliel. Sementara bangku produser masih diduduki Lafa Pratomo, kolaborator sejati Danilla semenjak pertama kali mulai berkarir.

“Keanggunan Danilla terletak di kegelapan dirinya. Itu sudah menjadi keunggulannya, “Sarwa” memperlihatkan wajah aslinya sebagai seorang penyanyi,” cetus Lafa Pratomo. Single “Sarwa” memantik proyeksi musikalitas Danilla ke depan dengan aura sinematis dan melodi yang bernuansa noir, puitis seperti sedia kala dirinya.

Sejauh ini sejumlah lagu untuk album selanjutnya sudah dipersiapkan dalam bentuk mentah, “Tapi waktu didengarkan lagi, kok sendu semua ya? Jadi bisa dibilang mungkin di album baru nanti tidak jauh dari “Sarwa” temperamennya,” ucap Danilla.

Ia mempersembahkan “Sarwa” sebagai lampu penerang bagi orang-orang yang masih bergelut, sulit keluar dari sakit hati yang mereka rasakan. “Lagu ini menjadi panggilan buat kalian yang terserang kepedihan mendalam untuk dapat mengikhlaskan semuanya. Gue pernah ada di posisi itu, dan begitu kita bisa menerimanya segala sesuatu akan kembali baik baik saja,” tutup Danilla

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *