City

Program

Sembilan belas tahun bukan waktu yang singkat untuk eksis di dunia musik. Oleh sebab itu D’MASIV ingin merayakan perjalanan panjang mereka melalui TIME, album ketujuh band pop asal Jakarta tersebut. Dirilis oleh Musica Studio’s pada 25 Februari 2022, TIME merupakan rangkuman kebersamaan Rian Ekky Pradipta (vokal), Dwikky Aditya Marsall alias Kiki (gitar), Nurul Damar Ramadhan atau Rama (gitar), Rai Dinata (bas) dan Wahyu Piaji (drum) sejak tahun 2003 hingga saat ini.

“Kenapa TIME? Itu sesuai banget dengan keadaan: kami kerjakan pas pandemi, kami punya banyak waktu untuk bisa banyak mengobrol serta memikirkan band ini akan jadi apa ke depan. Ada sedikit rasa emosional terhadap keadaan, orang banyak kehilangan di masa itu, ada yang merasa punya banyak waktu buat keluarga, ada juga yang menyesal enggak bisa punya waktu banyak lalu sudah ditinggal pergi oleh orang terkasih di masa pandemi,” kata Rama tentang judul albumnya.

Tak salah D’MASIV pernah menamakan album pertamanya Perubahan, karena selalu ada hal-hal yang berbeda di tiap album, dan begitu juga dengan ke-10 lagu yang ada di TIME. “Banyak energi baru di album ini yang bisa kalian rasakan ketika mendengar semua lagunya,” kata Rai. Bahkan cover album TIME sangat berbeda dari biasanya; kalau kover album-album sebelumnya menampilkan sosok kelima personelnya, kali ini D’MASIV mengajak Dmaz Brodjonegoro untuk membuat lukisan yang berisi simbol-simbol perjalanan hidup mereka. “Ada tentang pertaruhan, cinta, keberuntungan, harapan, kejayaan. Semua kami tuangkan di kover album ini,” kata Rian.

Salah satu hal baru yang terjadi di TIME adalah proses pengerjaan albumnya yang tidak berlangsung di studio, melainkan di kediaman Rian di Jakarta dan Omahe Kancaku milik Oni Krisnerwinto di Yogyakarta. “Kami mengerjakannya di rumah, santai, tidak terpatok waktu. Kalau tiba-tiba enggak mood, ya sudah, kami santai-santai dulu. Kalau tiba-tiba ada tukang bakso di depan rumah, kami makan bakso dulu. Jadi tidak terkekang oleh sif studio,” kata Kiki.

Karakter musik D’MASIV juga cukup berubah pada album TIME. Menurut Rama, “Kontras banget dengan album D’MASIV yang lain, Kedengaran banget musiknya lebih rapat, musik dan vokal serta backing vocal yang lebih groove. Sekilas terdengar seperti musik di era ‘80-’90-an.” Rasa yang berbeda ini didukung suara drum Wahyu yang sepenuhnya diisi secara elektronik tanpa drum akustik, sehingga lagu-lagu seperti “Lagu Untukmu”, “Waktu yang Menjawab”, “Terlalu Tinggi”, “Perawan” dan “Perempuan Tangguh” terdengar segar tanpa kehilangan ciri khas musik D’MASIV yang mudah diterima telinga. 

Sejalan dengan perubahan warna itu, D’MASIV bekerja untuk pertama kali dengan seorang vocal director, yakni Rayen Pono. Keterlibatan Rayen berperan besar dalam menghadirkan warna R&B dalam vokal Rian yang memang terpengaruh Babyface, Boyz II Men dan Brian McKnight di awal kiprahnya sebagai penyanyi. “Di album ini mencoba untuk kembali bernyanyi seperti itu, walaupun dengan kerja cukup keras karena tidak mudah,” kata Rian.

Dalam proses kerja sama dengan Rayen itu secara tak terencana tercipta pula lagu “Sahabat Jadi Kekasih” yang berisi kisah segitiga cinta dramatis yang dihidupkan oleh Rian, Rayen dan Regina Poetiray dari Geisha. Di samping itu, pada album TIME terdapat juga kolaborasi dengan nama-nama lain yang eklektik, yakni sang legenda Fariz RM pada “Kau yang Tak Pernah Tahu”, serta Feel Koplo, duo DJ dangdut yang melebur dengan pas di lagu “Besok”. “Urusan memilih kolaborator berjalan dengan sangat natural. Enggak pernah diniatkan dari awal tapi seiring berjalannya waktu dalam proses rekaman album munculah nama-nama yang kami rasa bisa menambah keseruan,” kata Rama.

Hal baru lainnya juga terdapat di “Side by Side”, lagu pertama D’MASIV yang sepenuhnya berbahasa Inggris. “Saya dikirim musik, nada vokal dan judul ‘Side by Side’ lewat WhatsApp. Sejam kemudian liriknya sudah beres dan dikirim balik. Lalu saat rekaman vokal, Rian bekerja keras untuk memastikan pelafalannya tepat,” kata Hasief Ardiasyah, penulis lirik “Side by Side”. Lagu ini juga dimeriahkan oleh Qorygore yang menulis dan mengisi bagian rap. “Warna vokalnya sebagai rapper menurut kami cukup unik, dan bisa dibilang lagu ini menunjukkan bahwa D’MASIV era baru telah hadir,” kata Rian.

Ada pun lagu yang dipilih sebagai pembuka album sekaligus single yang menandakan era baru ini adalah “Sinema”, kolaborasi dengan Fiersa Besari, pencipta lagu dan pegiat media sosial yang dinilai D’MASIV punya “keliaran dalam menulis lirik”. Menurut Rian, “Kami sepakat memilih ‘Sinema’ karena sangat sesuai dengan kondisi sekarang yang dunia sedang tidak baik-baik saja. Di sisi lain, kami perlu suatu hal yang menyenangkan, positif dan bikin orang senyum saat dengar lagunya.” Selain itu, sepertinya isian gitar oleh Eross Candra di lagu ini juga akan membuat pendengar semakin tersenyum. 

Sebagai band yang sudah berjalan cukup lama, D’MASIV sudah punya kedewasaan untuk menyadari bahwa tak semua orang akan menyukai berbagai perubahan yang dialami dalam perjalanan mereka yang panjang itu. “Gue berharap orang bisa berkomentar jujur dengan album ini setelah dengar. Kalau enggak suka, ya boleh lah,” kata Wahyu.

Walau demikian, D’MASIV tetap berharap TIME dapat menjadi album yang sangat bermakna, baik untuk mereka sendiri maupun untuk para Masivers dan penikmat musik lainnya. “Kami ingin album ini menjadi warisan untuk D’MASIV sendiri dan anak cucu kami,” kata Rian. “Harapannya album ini tidak hanya menemani hidup kalian, tapi juga menjadi sesuatu yang bisa kalian omongkan terus sampai kapan pun. Menjadi cerita untuk kalian ceritakan lagi ke generasi yang akan datang juga.”

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *