Kali ini, kuintet yang beranggotakan Vina Panduwinata, Trie Utami, Ita Purnamasari, Memes, dan Yuni Shara, mempopulerkan kembali “Sinaran”, lagu yang kali pertama dilantunkan oleh penyanyi pop Malaysia, Sheila Majid, pada tahun 1986.
Iie –sapaan karib Trie Utami– menuturkan, pilihan jatuh pada lagu “Sinaran” berdasarkan rundingan para personil
Rumpies. Kelimanya sepikiran untuk langsung memboyong ciptaan Azlan Abu Hassan dan Johan Nawawi ini ke dapur
rekaman. Vina atau Mama Ina, kata Iie, juga menngabarkan berita gembira ini ke Sheila di negeri seberang.
“Itu rembukan ibu-ibu. Ya, namanya juga Rumpies jadi ini hasil rumpiannya, ‘Sinaran’ lucu juga ya. Ini lagu kita jaman
dulu,” ujar Iie, mengenai ihwal rencana lagu teranyar Rumpies.
Gayung bersambut, @legendamusikindo, label yang menangani sejumlah proyek single Rumpies, langsung
menghubungi Laleilmanino, trio produser musik dengan personil Anindyo Baskoro (RAN) serta Arya Aditya Ramadhya dan Ilman Ibrahim (Maliq & D’Essentials).
Ajakan Presiden Direktur @legendamusikindo Faisal Nurdin dan produser @legendamusikindo Glenn Rotty diiyakan
Laleilmanino. Namun, Ilman merasa “terbebani” sekaligus tertantang dengan proyek baru yang disodorkan. “Sudah banyak orang mengenal lagu ini. Mulai dari awal lini bas sampai ketukan drumnya itu semua sudah seperti tertanam bahwa lagu tersebut adalah Sinaran. Jadi buat kami, lagu ini lumayan ‘beban’,” tuturnya.
Salah satu hal yang bakal muncul ketika lagu ini dirilis nanti adalah banyak orang yang akan membandingkan dengan versi aslinya. Tapi, kami yakin bisa mengaransemen Sinaran untuk Rumpies dengan hasil yang baik,” Ilman, menambahkan.
Di lain sisi, Laleilmanino punya “pekerjaan rumah” cukup berat lantaran lagu ini bakal direkan dengan suara-suara milik
biduanita yang sudah tidak asing lagi di telingan masyarakat Indonesia. Salah satu siasat Laleilmanino, kata Ilham, adalah dengan menyodorkan dua versi hasil aransemen mereka.
Alhasil, Rumpies memilih aransemen “Sinaran” dengan tempo cepat, yang diyakni dapat mengajak pendengar untuk berdansa bersama tembang ini. “Kita bikin aransemen yang lebih modern, tapi tidak meninggalkan sisi vintage-nya. Kita ingin penikmat aransemen baru ini untuk berjoget dengan iringan ala disko klasik,” jelas Ilman.
Sebagai penanda aransemen anyar milik Laleilmanino, notasi baru ditambahkan pada jelang pengujung lagu. “Ini adalah new part karena kita butuh sesuatu yang fresh dan kemudian ditambahkan pada akhir lagu,” tambahnya.
Iie pun mengacungi jempol dengan kerja keras Laleilmanino, yang tetap taat pada melodi asli Sinaran. “Aransemen terasa lebih baru. Karena yang mengerjakan adalah anak-anak jaman sekarang, jadi mereka merepresentasikan ‘diskonya’ mereka. Saya percaya bahwa musik itu lintas generasi,” Iie, memamparkan.
“Sinaran” versi Rumpies, lanjut Iie, merupakan sebuah karya musik yang komplit. Meski telah 36 tahun berlalu sejak kali
pertama lagu ini mengudara di berbagai radio maupun toko-toko kaset di Nusantara, “Sinaran” adalah contoh nyata bahwa sebuah karya mampu menembus batas usia. “Karya tidak dibatasi usia. Dunia tidak pernah mengatakan itu,” tegasnya.